Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

11 Komponen Sistem Pengapian CDI Motor + Fungsinya

Komponen Sistem Pengapian CDI Motor

11 Komponen Sistem Pengapian CDI Motor + Fungsinya


Sistem pengapian adalah rangkaian elektrikal mesin, yang digunakan untuk memantik api pada busi agar pembakaran mesin bisa terjadi. Sistem ini menggunakan prinsip loncatan elektron yang terjadi diantara dua kutub yang didekatkan (kutub positif dan negatif)

Apabila tegangan pada kutub positif besar (lebih dari 200 KV) maka akan ada loncatan elektron dari kutub positif ke masa (negatif) yang menghasilkan percikan api.

Salah satu jenis dan berbagai macam sistem pengapian, adalah sistem pengapian CDI. Anda yang punya motor, bisa dengan jelas melihatnya karena sistem CDI ini banyak digunakan pada sepeda motor.


Pengapian CDI sendiri, dibagi menjadi dua macam. Yakni ;

CDI AC. Sistem pengapian CDI AC menggunakan arus langsung yang dihasilkan dari spul atau pembangkit listrik pada motor yang masih memiliki arus AC.
CDI DC. Sementara sistem CDI DC menggunakan arus yang sudah disearahkan oleh kiprok.

Meski berbeda, namun dua sistem ini memiliki komponen dan rangkaian yang sama. Itu karena pada pengapian CDI AC juga ada komponen dioda sebagai penyearah arus. Sehingga meski memiliki nama AC, tetap saja menggunakan arus DC.


Nama Komponen Pengapian CDI dan Fungsinya

1. Baterai



Fungsi baterai, adalah sebagai penyimpan arus listrik. Memang baterai ini tidak terlalu diprioritaskan karena kebutuhan sumber listrik akan dipenuhi oleh spul. Namun, pada motor injeksi baterai menjadi komponen yang cukup penting karena juga akan mengaktifkan ECU.

2. Spul & Rotor magnet

Spul dan rotor magnet adalah dua komponen yang berbeda, namun keduanya memiliki satu tujuan yakni untuk mengubah putaran dari poros engkol mesin menjadi listrik AC. Listrik ini yang menjadi sumber tenaga dari sistem pengapian.

Spul adalah komponen berbentuk kumparan statis yang terletak didalam rotor magnet, sementara rotor magnet adalah magnet berbentuk tromol yang terhubung ke poros engkol mesin. Rotor ini memiliki permanen magnet sehingga ketika poros mesin hidup, spul akan langsung meghasilkan arus.

3. Pulse igniter/pick up coil



Beberapa orang mungkin lebih familiar dengan kata pick up coil, karena fungsinya sebagai penjemput sinyal. Sinyal yang dimaksud adalah sinyal yang menunjukan timming pengapian mesin.

Cara kerja pulse igniter ini hampir sama seperti spul namun dengan versi lebih sederhana. Dalam satu putaran engkol, itu hanya terjadi satu kali perpotongan. Sehingga bukan arus listrik yang dikirimkan, melainkan sebuah sinyal PWM yang menunjukan RPM mesin dan timming pengapian.

Sinyal ini kemudian akan dikirimkan ke SCR didalam CDI unit.

4. Voltage converter

Pengkonversi tegangan, diperlukan untuk memaksimalkan arus discharge, perlu diketahui prinsip kerja pengapian CDI itu berbeda dengan sistem pengapian mobil yang menggunakan platina. Pada mobil, induksi pada coil akan terjadi ketika platina memutuskan arus primer coil.

Namun pada CDI motor, induksi akan terjadi justru ketika arus primer dialiri oleh arus discharger. Namun agar induksi berjalan dengan maksimal dan cepat, maka arus discharge yang mengalir ke kumparan primer juga harus bertegangan lebih tinggi.

Converter inilah yang memungkinkan arus discharge memiliki tegangan lebih tinggi. Dalam satuan milisecon, tegangan listrik dari spul bisa dinaikan menjadi sekitar 300 Volt untuk mengisi Capasitor.

5. CDI unit



CDI unit bisa dibilang menjadi modul utama dari sistem pengapian CDI. Fungsi utamanya adalah sebagai penyalur tegangan ke coil melalui prinsip discharge. Didalam CDI unit terdapat komponen capasitor, kita tahu kalai capasitor itu mampu menyerap arus listrik, mampu menyimpan arus listrik yang diserap dan mampu melepaskannya dengan spontan.

Proses pelepasan arus ini akan diarahkan ke kumparan primer pada coil untuk melakukan induksi. Selain capasitor, ada pula komponen thrysistor atau SCR yang digunakan sebagai gate untuk melakukan dishcarging.

6. Kunci kontak



Kunci kontak berfungsi sebagai saklar utama sistem pengapian. Saat kunci kontak off, apa bisa kita hidupkan mesin ? tentu tidak. Meski spul menghasilkan arus listrik namun karena kunci kontak masih OFF maka CDI tidak akan memperloleh arus listrik.

7. Sekering



Fuse menjadi komponen yang tidak boleh dilupakan pada setiap rangkaian kelistrikan. Karena fungsinya sebagai pengaman rangkaian kelistrikan dari short to ground atau kosleting. Termasuk pada sistem pengapian, fuse dipakai untuk melindungi CDI unit ketika terjadi hubungan singkat arus listrik.

Cara kerja fuse adalah dengan memutuskan kawat tipis didalam fuse secara otomatis ketika arus yang melewati melebihi batas kemampuan fuse. Misal tertera fuse 10 A, artinya kalau arus listrik yang mengalir melebihi 10 A maka sekering akan putus dan skema kelistrikan akan mati.

8. Ignition coil

Ignition coil adalah komponen yang berfungsi menaikan tegangan kelistrikan motor, menjadi tegangan super tinggi mencapai 200 KV melalui proses induksi spontan. Prinsip kerjanya hampir sama dengan trafo step up.

Dimana jumlah lilitan pada kumparan sekunder lebih banyak daripada kumparan primer. Sehingga ketika kumparan sekunder menangkap gaya kemagnetan dari kumparan primer bisa terjadi peningkatan tegangan.

9. Kabel busi

Fungsi dari kabel tembaga adalah sebagai penyalur listrik bertegangan tinggi dari ignition coil. Kabel busi memang memiliki bentuk seperti kabel pada umumnya, namun kabel ini memiliki diameter lebih besar. Mungkin bisa sampai 5 mm. Biasanya kabel busi menggunakan satu helai kawat tembaga dengan diameter besar, dan ada beberapa helai serabut tembaga yang mengitarinya (tanpa bersentuhan).

Kawat ini digunakan untuk mengalirkan tegangan dari coil dan serabut tembaga disekitar kawat utama dipakai untuk mencegah terjadinya penurunan tegangan.

10. Cop busi

Cop busi adalah ujung dari kabel busi yang ditempelkan pada ujung busi. Meski fungsinya hanya sebagai penghubung antara kabel busi dan busi, bentuk cop busi ini juga tak boleh sembarangan. Karena kalau kawat dari kabel busi tidak melekat dengan sempurna ke konduktor didalam cop busi maka tegangan yang sampai ke busi menjadi lebih kecil.

11. Busi



Busi berperan sebagai ujung tombak sistem pengapian, fungsi busi adalah untuk memercikan api didalam ruang bakar yang didapat dari skema induksi elektromagnet pada coil. Cara kerja busi adalah dengan mendekatkan elektroda yang bermuatan positif ke masa yang bermuatan negatif.

Karena sifat arus listrik selalu mencari masa, maka dengan celah sekitar 0,8 mm akan timbul loncatan elektron. Kalau tegangan pada elektroda kecil, maka loncatan elektron tidak akan terlihat. Namun karena tegangan pada elektroda itu mencapai 200 KV, maka loncatan elektron ini akan berbentuk seperti percikan api.


Rangkaian Pengapian CDI Motor

1. Saat posisi OFF



2. Saat Posisi ON


Demikian artikel lengkap dan jelas mengenai nama komponen sistem pengapian CDI sepeda motor beserta fungsinya. Semoga bisa menambah wawasan kita semua.


Buka juga :

Post a Comment for "11 Komponen Sistem Pengapian CDI Motor + Fungsinya"