Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sistem Peringatan Dini Kereta Api Terintegrasi

Sistem Peringatan Dini Kereta Api Terintegrasi


Alat ini diharapkan bisa mengurangi terjadinya kecelakaan kereta api.

Kereta api adalah salah satu sarana transportasi massal yang banyak digunakan masyarakat. Dengan daya angkut yang besar, kereta api menjadi urat nadi perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lain di perkotaan, juga antarkota.

Kereta api memiliki perlintasan sendiri dan stasiun pengawas atau pengendali. Beberapa tahun terakhir, sarana transportasi ini sering mengalami masalah. Masalah tersebut bisa akibat kerusakan peralatan komunikasi, persinyalan, kesalahan manusia, juga pengamanan perlintasan. Akibat kerusakan tersebut, kecelakaan tak dapat dihindarkan bahkan sudah cukup banyak korban jiwa yang ditimbulkan.

Masalah-masalah ini jelas merugikan semua pihak terkait. Karena itulah, perbaikan dan penyempurnaan sistem transportasi perkeretaapian sangat dibutuhkan.

Sistem pengamanan dan pengaturan lalu lintas transportasi kereta api, salah satunya melalui persinyalan. Sistem ini dikontrol oleh pusat pengawas dan pengatur lalu lintas yang ditugaskan di stasiun kereta api.

Seperti halnya menara pengontrol di bandar udara (bandara), di pusat kontrol kereta api juga terkait erat dengan sistem komunikasi. Sistem ini menggunakan komunikasi antara masinis di dalam kereta yang melaju dan pengawas di stasiun-stasiun kereta api.

Komunikasi dua arah ini ditujukan untuk mengetahui kondisi perlalulintasan kereta api. Pengawas atau pengontrol di stasiun juga bisa mengatur lalu lintasnya dengan baik dan mengaktifkan persinyalan. Selain itu, petugas penjaga pintu perlintasan juga bisa mengaktifkan sinyal pengamanan perlintasan, ujar peneliti Pusat Penelitian Kalibrasi, Instrumentasi, dan Metrologi (KIM) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dedi Pendi, beberapa waktu lalu di Puspiptek Serpong, Tangerang, Banten.

Sistem tersebut, menurut dia, sudah berjalan selama ini. Namun, kecelakaan akibat kesalahan teknis dari manusia masih tetap terjadi. Karena itulah, kata Dedi, KIM-LIPI sedang mengembangkan teknologi yang mencoba mengeliminasi kesalahan teknis dan manusia dalam perkeretaapian.

Kecelakaan yang cukup sering terjadi adalah pada pintu perlintasan kereta api dengan jalan raya. Menurut Dedi, KIM-LIPI mengembangkan alat peringatan dini yang mengatur pergerakan pintu perlintasan kereta api dengan sistem terpusat.

Unit terminal
Alat peringatan dini yang dikembangkan KIM-LIPI pada pintu perlintasan kereta api dilakukan sejak 2009. Sistem yang digunakan adalah mengembangkan unit terminal.

Pada sistem ini, ada dua terminal yang dipasang, yaitu Remote Terminal Unit (RTU) dan Master Terminal Unit (MTU). RTU dipasang di ruang masinis tiap-tiap kereta yang berjalan, dan MTU terdapat di stasiun pusat pengendali, kata Dedi.

Di RTU, terdapat alat Geo Positioning System (GPS), sensor vibrasi, dan GPRS. GPS digunakan untuk mengetahui koordinat posisi kereta api yang tengah melaju.

Sedangkan alat sensor vibrasi adalah alat untuk menyensor getaran di rel. Bila ada getaran di atas normal atau getaran tinggi, itu menunjukkan adanya tabrakan atau rel anjlok. Selain menyensor getaran rel, menurut dia, alat ini juga bermanfaat untuk pemeliharaan rel. Saat ini belum dilakukan survei besaran vibrasi yang terbaik, ujar Dedi.

Sensor vibrasi dan GPS dari kereta api yang berjalan dikirimkan data-datanya ke MTU. Bisa disetel untuk memberikan peringatan untuk buka-tutupnya pintu perlintasan itu sekitar 100 hingga 200 meter sebelum pintu dari sistem sensor vibrasi, ujarnya.

RTU di tiap-tiap kereta api melaporkan penerimaan data koordinat dari GPS. Selanjutnya, mengirimkan data ke MTU menggunakan GPRS, lalu mengirimkan sinyal ke instrumen GPRS. Kalau RTU gagal, tiap-tiap kereta dibekali dengan alat manual untuk mengaktifkan sinyal peringatan pada pintu perlintasan di depannya.

Pengiriman GPS, sinyal GPRS, serta sensor vibrasi bisa dilakukan langsung kepada MTU. Kita istilahkan sebagai sistem peringatan dini terintegrasi, ujarnya.

Penerimaan data-data di MTU akan diolah langsung dan diakses melalui komputer pusat di stasiun kereta. Dengan pengiriman dari RTU-RTU, MTU bisa mengetahui posisi kereta api, data vibrasi, dan pengiriman sinyal untuk peringatan dini di pintu perlintasan. Peringatan dini itu disampaikan menggunakan nirkabel ke pintu perlintasan, terang Dedi.

Menurut dia, pengembangan teknologi dari KIM-LIPI ini siap diimplementasikan. Saat ini, pihak KIM-LIPI sudah berkomunikasi dengan Kementerian Perhubungan mengenai alat peringatan dini kereta api terintegrasi.

Keunggulan sistem ini dari sistem sebelumnya adalah tak memerlukan lagi operator pintu perlintasan. Soalnya, sistem ini sudah otomatis berfungsi dari pusatnya di MTU melalui RTU-RTU, kata Dedi.


Buka juga :

Post a Comment for "Sistem Peringatan Dini Kereta Api Terintegrasi"